Peternak Ayam di Melaya Menjerit Rugi Terus, dan Beralih Bercocok Tanam Vanilli.

Persindonesia.com, Jembrana – Pemilik kandang ayam potong,(Wayan Tama) warga Dusun Pangkung Tanah Kangin, Desa Melaya akhir-akhir ini berkeluh kesah tentang usaha yang digelutinya, saat ini sedang mengalami kerugian, Kamis 03/09/2020.

Saat awak media menemui di kediamannya hal tersebut diungkapkan oleh pelaku usaha ayam potong milik pribadinya yang pada akhirnya saat ini (Fakum) dalam artian banyak faktor dari mulai DOC, pakan, dan harga itu saling keterkaitan.

“Masalahnya harga pakan mahal DOC susah dicari, dan harga ayam potong pun anjlok, kini bangunan kandangnya dilantarkannya, saya saat ini benar-benar merugi mungkin juga terhadap pelaku usaha ayam potong lainnya. Kebutuhan yang tidak seimbang sehingga saya beralih kepertanian yaitu menanam pohon vanilli nantinya, sementara saat ini saya masih mengerjakan media tanam,” imbuhnya

Lanjut Tama, sementara bangunan kandang ayam ini tidak saya oprasikan lagi, karna suatu hal terkait biaya oprasional untuk berternak ayam potong, biayanya cukup lumayan besar sekali, kemungkinan nanti bangunan kandang ayam diisi dengan ayam petelor itu rencananya, beberapa orwng juga sudah beralih kesana.

“Bangunan kandang ayam saya ini di bangun sejak tahun 2000, bahkan sebagai pioner di wilayah Pangkung Tanah palling duluan dan beberapa soudara keluarga saya juga ikut usaha ini, adapun kandang yang ada dilahan keluarga kami sejumblah 3 unit dan biaya bangunan milik pribadi saya ini menghabiskan biaya kurang lebih 150 an juta rupiah. Awal dari tahun 2017 kita merasakan pendapatannya,” tuturnya.

Ketika pada saat panen ayam potong mengalami kerugian yang selalu min tidak mendapatkan untung, dan saat itu saya sebagai peternak ayam kerja sama kemitraan dengan Perusahaan yang ada di wilayah Kec Melaya, kita hanya menyiapkan Fasilitas Kandang dan dari pihak Carun menyediakan bibit pakan yang telah disediakan oleh pihak Perusahaan.

Dengan situasi apa yang saya rasakan saat ini, apa lagi situasi Pandemi Covid-19, saya berniat untuk beralih kepertanian dengan lahan kosong yang ada didepan samping rumah saya ini.

Saat ini masih dalam proses pembuatan media tanam untuk bibit Vanilli, sebanyak 100 potongan pipa paralon rata-rata ukuran panjang dua meteran, untuk media tanam. Untuk pupuknya saya pakai tanah subur dan sedikit pupuk organik alami, biaya pun saya sudah menghabiskan sekitar 15 juta rupiah.

Kami khususnya petani menginginkan dari pihak-pihak terkait untuk bisa memberikan atau memfasilitasi pendamping kepada kami agar apa yang kita kembangkan saat ini bisa berjalan dengan baik terutama bagi fomula seperti saya ini,

Harapan saya hasil tanaman dan hasil panen nantinya cukup memuaskan apa lagi mungkin ada bantuan-bantuan dari pihak pemerintah setempat, misal seperti bibit atau pupuk dan juga kami rindu dengan pengairan air dari bendungan yang ada hanya beberapa saja yang teraliri.

Hingga saat ini pengairan air dari bendungan mati suri, andai saja pengairan itu berjalan sepeti dulu, pasti banyak warga masyarakat untuk beralih ke pertanian karna sedikit terbebani jika kita gunakan air PDAM atau air sumur tentunya menggunakan mesin pompa air cukup berat juga, semoga pemerintah setempat bisa memperhatikan, tutup Tama.

(Sam)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *