Bandar Lampung, Persindonesia.com
Gerakan Ayo Kuliah yang digulirkan Program Keluarga Harapan (PKH) Propinsi Lampung dapat dijadikan Gerakan Nasional. Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial Kemensos RI Pepen Nazaruddin menyambut baik gerakan ayo kuliah bagi anak-anak Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan yang telah berlangsung di propinsi Lampung.
Pasalnya, gerakan ini telah berhasil mengantarkan 335 orang anak Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan (KPM PKH) menempuh jenjang pendidikan ke Perguruan Tinggi.
“Gerakan yang telah berlangsung sejak tahun 2017 hingga 2020 total telah ada 335 anak PKH dari 15 Kabupaten/Kota yang sudah di terima di Perguruan Tinggi Negeri ataupun Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri, dan jumlahnya terus meningkat setiap tahunnya. Gerakan ini sangat bagus dan bisa di tiru proponsi lain sehingga menjadi gerakan nasional,” ujar Pepen kepada media di Lampung hari ini.
Dirjen. Linjamsos melaksanakan Kunjungan Kerja ke Provinsi Lampung untuk berdialog dengan 41 anak KPM PKH yang saat ini menempuh jenjang pendidikan sarjana, hadir juga Staf Ahli Menteri Sosial Bidang Teknologi Kesejahteraan Sosial Adhy Karyono, Direktur Jaminan Sosial Keluarga Rachmat Koesnadi dan Kepala Dinas Sosial Provinsi Lampung Aswarodi.
Pepen menambahkan Gerakan Ayo Kuliah yang merupakan salah satu inovasi PKH Lampung yang dilakukan dengan serangkaian kegiatan, seperti pemetaan potensi anak PKH saat di bangku sekolah menengah atas, pelaksanaan edukasi dan motivasi, pendampingan saat mendaftar, dan advokasi proses seleksi.
“Gerakan Ayo Kuliah bagi anak PKH yang berprestasi dilakukan dengan serangkaian proses yang langsung di tangani oleh pendamping PKH dan Dinas Sosial, agar anak-anak berprestasi ini dapat terus melanjutkan pendidikan dan menjadi contoh bagi keluarga dan lingkungan,” ujarnya.
Menurut Pepen salah satu upaya untuk memutus mata rantai kemiskinan adalah dengan meningkatkan keterjangkauan pendidikan bagi anak-anak KPM PKH. Hal ini sejalan dengan target pemerintah untuk meningkatkan jumlah graduasi.
“Jika semakin banyak anak-anak KPM PKH yang mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi maka semakin banyak KPM PKH yang harus graduasi karena kehidupan mereka mulai meningkat. Jika anak-anak mereka lulus S1 maka akan dapat kerja yang lebih baik dan bisa mengangkat kehidupan orang tuanya,” lanjut Pepen.
Sementara itu, Slamet Hariyanto salah satu anak KPM PKH mengaku senang dengan adanya gerakan ayo kuliah yang di selenggarakan SDM PKH.
“Gerakan ini telah memberikan informasi yang banyak kepada saya untuk bisa mendapatkan akses berkuliah di Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. Sebelum ada gerakan ini kami tidak banyak tau akses pendidikan lebih tinggi,” jelas Slamet.
Slamet yang kini duduk di semester lima UIN Raden Inten mengaku siap membagikan pengalamannya kepada anak-anak KPM PKH lainnya untuk bisa meraih cita-cita.
“Saya siap untuk menularkan apa yang telah saya raih. Keadaan saya yang miskin tidak membuat minder,” jelas Slamet.
Slamet mengajak seluruh anak-anak dari keluarga tidak mampu untuk tidak takut bercita-cita meraih pendidikan yang tinggi karena hanya dengan pendidikan dapat merubah nasib keluarga.
“Kita jangan berhenti bermimpi untuk meraih cita-cita yang lebih tinggi. Jangan patah semangat dengan keadaan. Kita harus belajar dan berusaha agar bisa meraih kehidupan yang lebih baik,” tambah Slamet.
Slamet mengaku untuk meringankan beban biaya, ia pun memilih untuk tinggal di masjid sambil membantu membersihkan masjid tempatnya menumpang.
Data Kementerian Sosial mencatat sebanyak 471.524 warga Lampung mendapatkan bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) dengan total bantuan sebesar Rp. 1.728.941.189.000 hingga bulan Oktober 2020.
Andy.S/Hum.DPJS RI