Kapenrem 163 Wira Satya Melakukan Pebayuhan Sapuh Leger

Persindonesia.com Bali – Kapenrem 163 Wira Satya ; Mayor Arm Ida Bagus Diana Sukertia,S.S.,(47 tahun) melakukan Pebayuhan/Otonan Sapuleger di barengi keluarganya di Geria Kabetan kediamannya, pada Kamis, 7 Januari 2021. Pebayuhan Ida Bagus Diana tersebut dilakukan secara khusus dengan menggelar Wayang Lemah atau wayang pada siang hari atau disebut Sapuh Leger, dan dengan banten Pecaruan Rsi Gana, dipuput oleh Ida Pedanda Gria Glumpang Sukawati Gianyar.
Dilaksanakan Pebayuhan secara khusus menimang Ida Bagus Diana lahir pada Wuku Tumpek Wayang sebuah hari suci yang penuh dengan berbagai Upacara Yadnya dan kegiatan ritual-ritual yang bersifat Rwabhineda khusus, sehingga hari tersebut dianggap sakral dan dianggap membahayakan bagi anak yang lahir pada Wuku Tumpek Wayang, itulah sebabnya Pebayuhan harus dilakukan secara komplit dengan tujuan memberikan keselamatan, kebahagiaan, kesuksesan baik secara indifidu ataupun keluarga besarnya lepas dari segala macam mara bahaya/mala.

Ida Bagus Diana yang kini sedang memangku jabatan Kapenrem 163 Wira Satya ini, dikenal sosok yang budiman dan sangat dekat dengan para awak media.

“Tumpek Wayang & Sapuh Leger”
Umat Hindu di Bali sangat meyakini bahwa orang yang lahir pada Tumpek Wayang atau pas pada hari Tumpek Wayang adalah kelahiran yang cemer, melik serta mala (agak rentan bahaya secara niskala). Kebanyakan orang tua yang mempunyai anak lahir pada wuku tersebut sangat khawatir atau was-was hingga ketakutan dengan nasib anaknya. Dengan mengikuti atau melakukan Yadnya Mabayuh Oton dan Sapuh Leger ini diharapkan mampu membersihkan dan menyucikan energi negatif, atau pun mala dalam diri seorang.
Mebayuh Oton Sapuh Leger
hanya dipertunjukkan pada anak yang lahir pada Wuku Wayang. Terlebih ketika kelahiran tersebut pada hari Sabtu (Saniscara Kajeng Tumpek Wayang).

Wayangz Lemah Sapuh Leger, merupakan satu dari sekian jenis kesenian wayang kulit Bali yang menjadi bagian dari upacara ritual yang sakral yakni Manusa Yadnya. Upacara ritual ini berkaitan dengan lingkungan siklus kehidupan manusia.
Dikatakan bahwa wayang ini adalah jenis yang paling paling sakral.

Secara etimologi istilah Sapuh Leger dimaknai sebagai sebuah pembersihan atau penyucian dari sebuah keadaan yang tercemar dari energi negatif secara niskala.
Istilah Sapuh Leger ;
Sapuh berarti membersihkan, Leger tercemar atau tidak bersih secara niskala. Sementara kesenian Wayang Sapuh Leger adalah drama ritual yang disajikan dalam pertunjukan Wayang Sapuh Leger dengan tujuan untuk pembersihan diri seseorang akibat tercemar rohaninya atau secara niskala.

Wayang Sapuh Leger adalah bersifat religius, magis dan spiritual. Sarat dengan wawasan mitologis, lebih kentara dengan hadirnya simbol-simbol pada sarana dan prasarana yang digunakan.
Simbol-simbol tersebut sangatlah bermakna bagi penghayatan dan pemahaman budaya masyarakat Bali.
Dalam konteks ritual, Wayang Sapuh Leger berfungsi sebagai pemurnian (furifikasi) bagi anak atau orang yang lahir pada hari yang oleh orang Bali di anggap berbahaya yaitu pada Wuku Wayang.
(Krg).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *