Pandemi Covid, Pengerajin Atap Nipah Menjerit

Persindonesia.com Jembrana – Dimasa pandemi Covid-19, banyak pengusaha besar maupun kecil menjerit dan terkena imbas dari virus ini, seperti halnya dengan pengerajin atap tradisional yang terbuat dari daun buyuk (nipah) yang dikerjakan oleh ibu rumah tangga, yang biasanya dipakai untuk atap vila dan lain-lain mengalami penurunan orderan sanagat drastis.

Seperti halnya yang dialami pengerajin atap buyuk (nipah) Ni Ketut Londri berasal Banjar Samblong, Kelurahan Sangkaragung, Kecamatan Jembrana, kegiatan membuat atap sudah dijalani sekitar 5 tahuan, akibat dari pandemi ini orderannya sangat menurun drastis. Rabu (17/02).

Kunker Komisi X DPR RI di Provinsi Sumatera Barat, H. Muhamad Nur Purnamasidi Menekankan pentingnya Literasi Kebencanaan di Bidang Pendidikan

“Biasanya sebelum musim corona orderan sangat banyak bisa mencapai 5 ribu sampai 6 ribu batang, tapi sekarang, yang mencari atap jarang, dimusim ini saya mendapatkan orderan hanya 150 batang dan sekarang hanya 400 batang itu pun kita bekerja berbanyak orang, saya dapat jatah buat hanya 25 batang,” ucapnya.

Londri melanjutkan, sebelum corona yang mencari atap sangat banyak, biasanya dari jauh-jauh seperti Gilimanuk, Denpasar dan Buleleng diperuntukan untuk bahan atap vila. Perbatang saya jual seharga 6 ribu rupiah.

AGENG : Patut Menjadi ATENSI KEJAKSAAN Untuk Di Ungkap Dan Masyarakat Wajib Tahu Bagaimana Uang Rakyat Di Kelola?

Untuk bahan bambu, Londri menambahkan, dirinya membeli per 50 batang dengan ukuran 3 meter seharga 35 ribu rupiah, dan untuk bahan buyuk (nipah) saya tidak membeli, saya dapatkan di Desa Budeng.

“Untuk dimasa corona ini saya hanya bisa membuat 15 batang perhari, walau tidak ada orderan saya tetap buat untuk dipakai stok siapa tahu ada yang mencari secara mendadak.

SE Gubernur Bali Penggunaan Endek Bali Menuai Dukungan Dari Pimpinan Instansi Vertikal

Hal senada juga disampaikan menantu dari Ni Ketut Londri bernama Luh Tarni, dirinya mengikuti mertuanya ikut membuat atap, sebelum pandemi ini dirinya sampai kewalahan. “Sekarang orderannya sepi, ini tumben ada orderan, jika sepi orderan saya ngambil pekerjaan tenun,” ujarnya.

Ia juga mengatakan, hari ini tumben saya dapat orderan, berbagi sama mertua, memang susah sekarang orderannya. Untuk bahan kami menyewa lahan di daerah Budeng untuk ditanami buyuk (nipah) jadinya kami tidak beli, hanya saja untuk bahan bambu kami beli, tutupnya. (Sub)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *