Usaha Petani Vanili Berjibaku Mengarungi Kehidupan

Persindonesia.com Jembrana – Jokowiono (47) Banjar Melaya Tengah Kaja, Desa Melaya, Kecamatan Melaya, Jembrana Bali, petani vanili yang menekuni 1,5 tahun di tanam di tanah seluas 25 are khusus ditanam vanili dengan sistem Green House (tanam modern). Masuk dalam komunitas Vanili Seluruh Indonesia dalam bimbingan pusat di Jakarta.

Jokowiono menjelaskan, sistem Green House ini justru lebih cepat dalam perkembangan dalam pertumbuhan masa pertumbuhan vanili. Masa tumbuh sulur (batang vanili) itu bisa mencapai masa waktu 2 tahun sampai 2,5 tahun. Beda dengan penanaman menopang di pohon gamal, justru lebih lama masa pertumbuhan.

Dandim 1617 Jembrana Dampingi Tim Wasev Kesling dari Sterad Dalam Rangka Kunker Di Wilayah Kabupaten Jembrana

“Hasil panen vanili diambil oleh pengepul dan juga masuk dalam lingkungan koperasi yang ada Kabupaten Jembrana. Hasil bisa mencapai dari 1 kg per pohon, jika ini ada 500 tiang pohon maka sudah terlihat hasil panen dari jumlah luas lahan 25 are. Jelas harga beda dari yang basah super Rp.500 ribu-Rp.600, jika yang kering malah mencapai 5 juta perkilo,” ungkapnya.

Ia juga menambahkan, selain menunggu hasil panen vanili juga mengembangkan usaha membuat gula merah dari bahan kelapa (tuak). Hasil gula merah di jual di pasar dengan produksi perhari 20 kg dari 35 pohon kepala. Harga Rp 18 ribu sampai Rp.20 ribu dengan total omzet 2 kwintal dengan sistem sewa nominal uang mendapatkan Rp.360 ribu dalam proses 10 hari. Sisanya 20 hari bagi sewa pemanjat pohon kelapa.

Panitia pelaksana Pilkades desa Senama Nenek adakan pencabutan no urut calon Kepala desa.

“Harapan semoga bagi petani vanili karena dengan modal yang sangat tinggi tentu perhatian pemerintah agar dibuatkan kelompok para vanili, sehingga meringankan bagi petani,” ujarnya mengakhiri kisahnya. (ed27/sam)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *