Prof Dasi Astawa Kritik Betonisasi Bali, Ajak Warga dan Pemerintah Bergerak Bersama

Prof Dasi menilai bahwa laju pembangunan yang tidak terkendali telah menggeser harmoni alam dan sosial Bali. “Kita tidak anti-pembangunan. Namun pembangunan harus dijalankan secara bijak, tidak mengorbankan lingkungan dan warisan budaya kita,” ujarnya.

Sebagai pakar kebijakan publik, ia pun mengusulkan lima pendekatan strategis yang dinilainya dapat menjamin keberlangsungan Bali sebagai pulau yang lestari dan manusiawi. Kelima strategi tersebut mencakup:

Penegakan hukum secara menyeluruh, tidak hanya memberantas korupsi finansial, tetapi juga membasmi budaya tidak disiplin dan pemborosan waktu yang menghambat kemajuan tata kelola.

Mengedepankan prinsip DOA: Dana, Orang, dan Alat sebagai landasan perencanaan pembangunan. Menurutnya, keberhasilan pembangunan harus ditopang oleh ketersediaan anggaran, kualitas sumber daya manusia, dan alat pendukung yang memadai.

Pengelolaan sumber daya secara rasional, dengan mempertimbangkan keterbatasan sumber daya alam, kecukupan energi, serta potensi besar sumber daya manusia yang ada di Bali.

Mendorong peran aktif pemerintah daerah dalam menjalankan fungsi sebagai pengarah kebijakan, pelaksana, dan penggerak percepatan pembangunan. Ia menekankan bahwa masa jabatan yang terbatas seharusnya menjadi motivasi untuk bekerja nyata.

Menguatkan kolaborasi lintas sektor, dari masyarakat hingga pemerintah, demi membangun kesatuan visi dalam menjaga Bali. “Hanya dengan kerja sama dan komitmen moral yang kuat, kita bisa melindungi pulau ini dari degradasi,” ujarnya.

Prof Dasi menekankan bahwa tanggung jawab pelestarian Bali adalah tugas kolektif. “Bali adalah milik kita bersama. Maka tugas menjaga dan merawatnya pun harus menjadi gerakan bersama, bukan tanggung jawab satu pihak saja,” tegasnya.

@karang.