Badung | Media Pers Indonesia –
Desa Bongkasa memang gudangnya para seniman yang penuh talenta dan bakat alam. Untuk kali ke dua Sanggar Batur Baskara Desa Bongkasa kembali melaksanakan geladi dalam rangka berkiprah di pegelaran pentas seni tari tradisi budaya di Art Center Adha Candra Denpasar Bali.

Dijelaskan oleh Ketua Sanggar “Batur Baskara” Desa Bongkasa di Abiansemal Badung : Cahaya Putra Wardana SH,
pasca pelaksanaan acara gladi bersih pertunjukan tari tradisi dalam rangka Pesta Kesenian Bali (PKB) : Pegelaran yang akan dipentaskan pada 8 juli 2021 mendatang tempatnya di gedung Kesirarnawa Art Center Denpasar, dengan megelar pertunjukan tari tradisi berupa Barong, Rangda, Tari Jauk Manis dan Jauk Keras, dengan Pakem Bongkasa.
Gladi ke 2(gladi bersih) untuk pementasan PKB yang ke 43 ini telah selesai dilaksanakan, rekasadana tari Barong dan Rangda yang berkolaborasi dengan desa, dengan penabuh Sebunan sebagai maestrinya, dan juga penari Rangda yang pernah menyabet juara 1 seBali, sementara penari Jauk diisi oleh seorang Mahasiswa ISI Denpasar, ungkap Ketua Sanggar Batur Baskara yang juga mengungkapkan seluruh peserta sudah divaksin dan sebelum pentas akan menjalani sweb tes.
Diharapkan melalui PKB ke 43 ini semoga pariwisata Bali bisa lebih cepat dibuka dan menjadi normal seperti semula, terangnya.

Menurut Pembina sangar yang bermarkas di Banjar Pengembungan tersebut : Jro Mangku Made Wardana mengungkapkan, pementasan tari Barong, Rangda dan lain-lain tersebut yang sujatinya kesemua tapakan berupa topeng yang merupakan duplikat dari tapakan Ida Betara yang ada di Pura Batur Bongkasa namun duplikat-dulikat tersebut dirasakan memang pempunyai energi kekuatan atau daya magis menimang juga telah melalui upacara kendati tidak sebesar upacara untuk tapakan yang aslinya.
Keikutan sangar Batur Baskara ini, kami mempunyai misi mulia dan sangat penting dalam rangka mengajegkan seni tradisi budaya Bali, khususnya Pakem Bongkasa, dimana seni dan budaya Bali ini telah terbukti mempunyai kepribadian dan kekuatan yang luarbiasa, mampu menyatukan kultur budaya yang ada di Bali, seperti ungkapan Sang Proklamator Soekarno “berkepribadian dalam kebudayaan” . Untuk mengajegkan budaya yang adiluhung, tentu menuntut semua steak holder yang ada harus bisa melibatkan diri dan bisa peduli dan berbagi dengan tokoh seni dan sanggar Batur Baskara, demikian ungkapan Sang-Pembina.
Sanggar di Bongkasa ini mendapat suport dari Prebekel Bongkasa I Ketut Luki, untuk diketahui Desa Bongkasa berada di wilayah Badung ini terdiri 10 banjar , dengan mengedepankan hasil pertanian dan juga sebagai desa tujuan wisata Internasional berbasis budaya yang dibina langsung oleh Prebekel Ketut Luki.
Penari rangda yang pernah menyabet juara 1 sebagai penari rangda terbaik se Bali : Jro Putu alit Suantara menuturkan pengalaman magusnya ketika menari rangda saat gladi bersih saat itu, diungkapkan : dari awal seperti biasa baik itu menarikan tari profan ataupun sakral, dirinya selali matur piuning/minta ijin kepada sesuwunan, ngaturan bakti kepada yang melinggih/ bersetana disana, seperti yang dilakukannya kemarin saat gladi bersih tersebut. Kondisi tyang/saya penuh ketenangan dan selalu pasrah kepada Sesuwunan saat melakukan ngayah/tugas kepada kehendak alam, intunya mendapat perlindungan secara askala dan niskala , ungkapnya. Dalam muspa/persembahyangan pertama len kleteg bayu/merasa ada sesuatu yang sangat berbeda, seperti ada power energi yang merangsuk untuk ikut bersamanya.
Dan saat persiapan melakukan pentas pada saat memakai busana ada semacam energi yang dirasa, semakin terbawa suasana terutama saat nedunan/mengambil dan memakai tooeng rangda, semakin riil yang dirasakan ada yang nyarengin mesolah/ikut pentas, tapi tyang masih bisa mengendalikan dan menyesuaikan diri, dan pada saat melakukan tarian beberapa penonton ikut trans/seperti kesurupan.
Selama pertunjukan hinga akhir pementasan dusamping adanya penonton yang trans krauhan , secara pribadi bagai nyata ada dua sosik perempuan yang gemulai nan sangat cantik mengikuti pementasan, tyabg berusaha menenangkan siri nanmun kontrol kaki serasa bergerak menari dengan sendirinya.
Setelah usai tapakan dilepas ada dua orang perempuan tersebut masih terlihat trans dan oerlahan menghilang.
Dari hal teraebut tyang merasakan yang terkihat tersebut adalah dua energi suci Ida Betara Sesuwunan yang serasa meled/ingin napak pertiwi sesuai dengan ciri- ciri yang ada, ungkap Jro Putu Alit.
Berdasarkan pengalaman yang dilalui oleh penari Rangda Jro Putu Alit tersebut, tapakan yang merupakan duplikat dari tapakan-tapakan yang ada, karena telah melalui proses dewasa ayu ataupun pemelaspasan walo dalam bentuk kecil namun maknanya akan sama, sehingga menjadi metaksu, dilakukan secara ikhlas dibarengi oleh manah suci/tulus niscaya kendati berupa duplikat kasatnya, namun akan kesidi menjadi tapakan atau pijakan bagi Ida Batara Sesuwunan jika bliau ingin napak pertiwi atau hadir kedunia sekala melalui tapakan topeng rangda tersebut, itupun tidak sembarangan(1001).
( Krg ).