Kematian Misterius 2 Sapi di Sawe Batuagung Kembali Terjadi

Persindonesia.com Jembrana – Setelah sempat menghebohkan warga Sawe, Desa Batuagung, Kecamatan Jembrana terkait kematian sapi mendadak sebanyak 20 ekor dari bulan Januari sampai April tahun 2023. 2 ekor sapi yang mati mendadak setelah diotopsi ada indikasi kandungan racun setelah dibawa ke lab forensik. Kini kasus tersebut kembali terjadi di banjar yang sama dan tempatnya juga berdekatan.

Sebanyak 4 ekor sapi milik I Made Hendra Winatha 2 diantaranya dipelihara oleh warga Banjar Sawe Batuagung yang kerap dipanggil Mang Boy bersama keluarganya mati mendadak dengan seganggang waktu 1 bulan. Sapi milik Hendra yang dipelihara oleh Mang Boy beserta keluarganya sebanyak 5 ekor. Setelah kematian sapi miliknya yang tidak wajar, sisanya sebanyak 3 ekor ditarik pemiliknya. Sedangkan 2 ekor sapi lainnya mati di kandang milik Hendra.

Saat dikonfirmasi, pemilik sapi I Made Hendra Winatha menuturkan, sapi miliknya yang dipelihara oleh paman Mang Boy mati 1 ekor mati pada tanggal 9 Februari 2024. “Sapi ini baru dipelihara 6 bulan oleh paman pak komang dan sapi yang kedua mati pada tanggal 29 Februari 2024 dipelihara oleh bapak pak komang yang baru dipelihara selama 6 bulan. Pemeliharaannya direkomendasi pak Mang Boy untuk keluarganya,” terangnya. Rabu (6\3\2024).

RSU Negara Tetap Buka 24 Jam Saat Nyepi, Siapkan Ratusan Tenaga Kesehatan

Hendra mengaku mempunyai sapi kurang lebih 50 ekor dan tersisa sampai saat ini sebanyak 40 ekor 4 mati mendadak dan sisanya ada yang sudah dijual. Semua sapi miliknya dipelihara oleh warga. “Beberapa juga sapi saya dipelihara oleh warga luar Jembrana. Semenjak kasus kematian sapi mendadak saya merasa was-was kedepannya,” ucapnya.

Hendra juga menuturkan, awal dari kematian sapi miliknya, pengadas (yang memelihara sapi) memberitahukan bahwa sapi miliknya tidak mau makan dan disuruh mencarikan dokter hewan (mantri) sorenya sapi tersebut disuntik dan besoknya mati. “Ini kematiannya tidak wajar, saya bertanya kepada pakar ternak, belum ada kasus seperti ini,” katanya.

Dari informasi mantri, lanjut Hendra, sapi sakit karena masalah pencernaan, setelah itu dikasih obat penambah nafsu makan. “Kematiannya berselang satu bulan. Menurut informasi dari dinas peternakan sapi ini dikatakan keracunan, saya sudah melapor ke Polsek Jembrana,” ucapnya.

Bupati Bangli Lakukan Penandatanganan Kesepakatan Penyusunan Master Plan Smart City

Hendra mengaku sapi miliknya tidak diotopsi karena sudah dijual oleh pengadas (yang memelihara). Setelah dijual dirinya baru melaporkan ke Polisi. “Awalnya saya tanyakan kepada yang memelihara agar sapi tersebut dikubur saja akan tetapi tidak ada jawaban. Disini kecurigaan saya. Kedua sapi saya mati dengan kasus yang sama, pagi tidak mau makan, sore disuntik, besok paginya mati pembelinya datang setelah ditelepon oleh yang memelihara sapi, pembelinya orang itu-itu saja,” ujarnya.

Hendra juga mengaku, sapinya dibeli seharga Rp. 700 ratus ribu dan satunya dibeli seharga Rp. 4 juta rupiah. “Saya curiga disini ada dugaan sindikat ada yang meracuni, ada juga yang membeli murah-murah, makanya saya memutuskan agar sapi tersebut tidak dijual hanya ditanam saja. Hal tersebut bertujuan untuk meredam kejadian sapi mati mendadak agar tidak terjadi lagi,” pungkasnya.

Sementara saat dikonfirmasi, kasat Reskrim Polres Jembrana AKP Agus Riwayanto mengatakan, terkait kematian sapi yang ada di Banjar Sawe, Desa Batuagung, masih ditangani oleh Polsek Jembrana. “Laporan perkaranya belum masuk ke polres, tapi kayaknya masih ditangani oleh Polsek dan dokter hewan, jadi kalau pun ada dugaan-dugaan yang lain nanti korbannya yang akan melapor langsung ke polres,” pungkasnya. Dar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *