Tanam Pohon di Pura Bhur Bwah Swah, Maknai Tumpek Wariga

Persindonesia.com Karangasem – Perayaan tumpek wariga dilakukan oleh umat hindu setiap enam bulan sekali, ( 210 hari ) yaitu setiap hari saniscara keliwon wuku wariga, tumpek wariga sering disebut tumpek pengatag, tumpek pengarah, atau tumpek bubuh, tepat 25 hari sebelum Hari Raya Galungan.

Pemujaan pada Tumpek Uduh adalah persembahan kepada manifestasi Tuhan sebagai Dewa Sangkara penguasa Tumbuh-tumbuhan. Momentum ini sangat baik untuk manusia begitu pentingnya tanaman dan alam dalam arti yang sangat luas, sehingga menjadi harmoni dalam kehidupan ini. Disebut juga Tumpek Bubuh, karena saat itu dihaturkan bubur sumsum yang terbuat dari tepung. Disebut Tumpek Pangatag, karena mantra yang digunakan untuk mengupacarai tumbuhan disertai dengan prosesi ngatag, menggetok-getok batang tumbuhan yang diupacarai.

Hasil Hubungan Gelap, SNA Hamil, Ini Alasan Pelaku Buang Bayinya

Pada hari ini Sabtu, 10 Desember 2022 bertempat di Pura Bhur Bhwah Swah di desa adat Seraya, desa Seraya Tengah Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem dipergunakan sebagai tempat kegiatan perayaan rahina Tumpek Wariga di Kabupaten Karangasem.

Berdasarkan instruksi Gubernur Bali no 6 Tahun 2022 tentang perayaan tumpek Wariga dengan upacara wana kerthi sebagai pelaksanaan tata titi kehidupan masyarakat Bali berdasarkan nilai nilai kearifan lokal sat kerthi dalam Bali era baru, dilaksanakan secara niskala dan kegiatan secara sekala. Kegiatan sekala perayaan Tumpek Wariga dalam tatanan kehidupan masyarakat bali melalui kearifan lokal sat kerthi loka bali, telah dilaksanakan penanaman bibit pohon kelapa, pohon pinang, pohon nagasari dan jenis tanaman untuk kelengkapan upacara keagamaan serangkaian perayaan hari / rahinan Tumpek Wariga/Uduh/Bubuh/Pengatag.

Polres Bondowoso Berhasil Amankan Pelaku Penganiayaan di Desa Kupang

Kegiatan ini diikuti langsung oleh Bupati Karangaaem I Gede Dana, S.Pd.,M.Si didampingi Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa, dan Ketua DPRD I Wayan Suastika serta , perwakilan dari Forkompimda, Sekda Karangasem beserta jajaran Kepala Perangkat Daerah, Camat, Kepala Desa, keliang banjar dinas dan masyarakat desa adat Seraya.

Sekretaris Daerah Kabupaten Karangasem Ir. I Ketut Sedana Merta, ST.,MT bertindak selaku ketua panitia penyelenggara perayaan hari Tumpek Wariga di Kabupaten Karangaaem melaporkan bahwa tujuan kegiatan ini adalah sebagai bentuk penghormatan umat manusia kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa atas anugrah terkait alam semesta yang telah memberikan kesejahteraan kepada umat manusia.

Polsek Bubutan Datangi Mini Market di Jalan Dupak, Ada apa?

“Pelaksanaan perayaan Tumpek Wariga ini merupakan wujud pelaksanaan ajaran Tri Hita Karana tiga hubungan harmonis penyebab kebahagiaan), yaitu hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, hubungan harmonis antara manusia dengan manusia serta terutama hubungan harmonis manusia dengan alam (tumbuh-tumbuhan) Makna terpenting dari perayaan Tumpek Wariga adalah rasa terima kasih yang sangat dalam terhadap kekayaan alam yang melimpah ruah. Semua puja dan puji dilantunkan para pendeta, pemangku atau pemimpin upacara penuh dengan intisari terima kasih terhadap alam,” terangnya.

Kegiatan perayaan hari Tumpek Wariga kali ini di Kabupaten Karangasem di tandai dengan ngaturang banten Pengatag oleh Bupati Karangasem yang selanjutnya di lakukan acara sembahyang bersama di pelataaran pura Bhur Bhwah Swah oleh semua pemedek yang hadir.

Bali Raih Provinsi Terbaik Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah Wilayah Jawa-Bali

Sementara itu Bupati Karangasem I Gede Dana, SPd., M.Si, dalam arahannya mengajak Seluruh masyarakat untuk lebih serius dalam mentransformasikan spirit nilai Tumpek Wariga tersebut.Esensi dari perayaan tumpek Wariga adalah ungkapan rasa sukur kehadapan Ida Hyang Widi wasa, atas anugrah dan kerta wara nugrahanya telah melimpahkan kesuburan alam semesta, sehingga semua tumbuhan dapat hidup dengan subur, berbunga dan berbuah yang berguna bagi manusia dalam mewujudkan kebahagiaan hidup baik jasmani maupun rohani secara harmonis.

“Secara jasmaniah manusia dapat menghirup oksigen, memanfaatkan akar, batang umbi buah, bunga dan daun dari tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup kita. Sedangkan secara rohaniah, manusia bisa menikmati keindahan alam, kesegaran dan kebugaran, sehingga pikran manusia cerah dan bersih, bahagia aman dan sentosa” pungkasnya. Swat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *