Suasana Melasti di Pura Segara Pengambengan

Persindonesia.com Jembrana – Melasti adalah upacara pensucian diri untuk menyambut Hari Raya Nyepi oleh seluruh umat Hindu di Bali. Upacara Melasti digelar untuk menghanyutkan kotoran alam menggunakan air kehidupan, hal ini dilakukan di tahun ke dua di masa Pandemi Covid-19 berjalan dengan khidmat.

Perayaan Melasti menjelang Hari Raya Nyepi seperti tahun sebelumnya di Kecamatan Negara yang membawahi 10 desa adat di pusatkan di Pura Segara Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Jembrana, Senin (28/02).

Sakit Keras, TNI AL Evakuasi Kapal Musibah Perairan Kuala Pendek Ketapang

Ketua Majelis Desa Adat Kabupaten Jembrana I Nengah Subagia mengatakan, Umat Hindu tetap melaksanakan pemelastian walau masih pandemi, akan tetapi dengan mentaati protokol kesehatan.

“Kami berharap semoga ibadah melasti ini dapat menjaga alam semesta sehingga badai penyakit juga cepat berlalu. Secara Sekala (nyata) dan Niskala (yang tidak tampak) memohon pada Ida Hyang Widhi agar Pandemi Covid-19 segera berlalu,” ucapnya.

Menjelang Hari Suci Nyepi, Bupati Tamba Pantau Pelaksanaan Pemelastian

Untuk di Kecamatan Negara, imbuh Subagia, dengan 10 desa adat yang ada di kecamatan negara di lokasi persembahyangan di Pura Segara Desa Pengambengan. Walau terik panas mentari siang di pesisir, akan tetapi khidmat sangat terasa baik tua maupun yang muda bahkan anak-anak.

“Terkait tarian yang menyambut Ida Bhatara dinamakan tarian Mekenak-Mekenak (tarian penyambutan para dewa-dewa) dan juga Tarian Rejang Renteng hal yang sama tarian penyambutan para dewa. Sehingga nilai kesakralan ini tetap lestari. Tarian ini khusus untuk persembahyangan saja,” uraiannya.

Tak Kenal Lelah Dan Tak Kenal Libur, Brimob Bone Lakukan ini

Lebih jelasnya Subagia mengatakan, dirinya berharap dengan diadakan upacara melasti ini Umat Hindu bahkan umat lainnya pasti sama berharap untuk kesejahteraan dan keselamatan dunia, pandemi musnah. Pulih perekonomian dan kesuburan serta kelestarian alam ini.

“Walau tak melaksanakan Ogoh-Ogoh tapi lomba tetap diadakan, dengan harapan mawas diri dan jangan terpancing isu hoax yang merusak citra sebagai umat beragama,” pungkas I Nengah Subagia. (sb/ed27)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *