Pengelukatan Rangda Tiga, Membebaskan Roh dari Pengaruh Tri Durga Wisesa

Persindonesia.com Jembrana – Salah satu Pasraman yang satu-satunya pasraman di Kabupaten Jembrana yang menerapkan pengobatan maupun penyucian diri dengan konsep Hindu Bali melalui Sastra Dasa Aksara dan Kanda Empat, pasraman tersebut bernama Pasraman Sastra Kencana. Jumat 24 Oktober 2020

Diketahui murid (sesia) dari Pasraman ini kebanyakan dari orang spiritual dan ada pula beberapa sulinggih nabe yang ada di Bali. Pasraman ini lebih menekankan pemblajaran pengetahuan Hindu Bali Asli dengan bersumber dari Sastra Dasa Aksara dan Kanda Empat.

Menjaga Imun Tubuh, Kapten Doni Ajak Warga Pasundan Kerja Bakti Buat Lapangan Bola Voli

Pasraman ini terletak di Banjar Tegak Gede, Desa Yehembang Kangin, Mendoyo, Jembrana. Dimana pendiri dari Pasraman Sastra Kencana bernama Jro Nabe Budiarsa. Dirinya yang menciptakan pengelukatan Rangda Tiga, nama Rangda Tiga ini memang sangat terkenal di masyarakat.

Diketahui orang yang dibawah kelahiran Rangda Tiga ini mempunyai sifat yang tidak lazim dimiliki oleh orang lainnya, mereka yang kelahiran Rangda Tiga ini lebih cenderung menunjukan sifat yang tempramental seperti emosional, susah di kendalikan, kesurupan, keras tapi sangat rejekian.

Pecahan kaca Botol Berserakan Akibat Sebuah Truk Mengalami Out Control

Menurut mitos yang susah dianalisa kebenarannya karena tidak ada alat kaji uji bukti dan evaluasi dan menurut cerita banyak orang, wanita yang kelahiran rangda tiga akan meneyebabkan suami nya sakit-sakitan bahkan bisa cerai atau meninggal, bahkan pula bisa kawin cerai hingga beberapa kali

Kebenaran ini susah di buktikan kadang bisa saja suami yang sakit-sakitan atau meninggal di pengaruhi oleh faktor lain.

Pemprov Babel Serta Instansi Terkait Lakukan Surve Lokasi Pelabuhan Penyeberangan Di Seliu

Oleh sebab itu awak media berusaha menemua pinisepuh Pasraman Sastra Kencana Jro Nabe Budiarsa di kediamannya, pass pada saat itu kebetulan ada pasien yang berasal dari Kabupaten Gianyar mengalami kelahiran Rangda Tiga.

Jro Nabe Budiarsa mengatakan, terkait pengelukatan Rangda Tiga ini bersumber dari Sastra Dasa Aksara dan Kanda Empat. Adapun prosesi upakaranya (persembahan) hanya memakai cukup dengan Laba Wira Kusuma dan Nawa Bela.

Astaga! Motor Curian Belum Laku Dijual, Pelaku Keburu Ketangkap Polisi

“Proses pengelukatan Rangda Tiga ini pertama pasien dipakaikan krudung kain warna merah dengan berisi tulisan rerajahan, sebelum di siram dengan air suci (tirta khusus) pasien tersebut roboh dan pingsan dan pengobatan dan pengelukatan terus berjalan dengan doa-doa mantra yang bersumber dari Sastra Dasa Aksara dan Kanda Empat,” ungkapnya.

Jro Nabe melanjutkan, Setelah pasien di lukat dan diobati langsung sadar malah ingin tersenyum, sangat jelas karena roh yang asli bisa masuk ketubuhnya sesudah itu kekuatan durga yang ada di dalam tubuh (Tri Durga Wisesa) atau Rangda Tiga dimana Beliau sudah berubah pungsi tidak lagi memiliki sifat negatif dan emosi tapi sangat rejekian, melainkan sekarang berubah menjadi sifat kasih, seperti halnya sebuah kotoran dirumah di permentasi menjadi pupuk, dan setelah di prosesi maka kerejekian itu bisa berlipat ganda sehabis ini silahkan diuji kerejekiannya.

Tim Wasrik Itwasda Polda Bali Memantau Penyerapan Anggaran Polres Jembrana

“Di satu sisi yang membuat pasien pingin tersenyun, sebelum di lukat saya mendeteksi dulu supaya kekuatan durga tidak berontak terlebih dahulu “saya mau diapakan” karena beliau berbentuk roh, kalau tahu beliau mendapat prosesi yang sempurna positif senang beliau makanya pasien tersebut kepingin tersenyum, ucap Jro Nabe Budiarsa yang juga penulis dari Buku Rumahku Rumah Tuhan.

Lebih jelasnya Jro Nabe Budiarsa menambahkan, adapun pengelukatan ini biasanya diperuntukan segala bentuk penyakit megic bisa diobati karena kunci dasarnya ada pada mantra.

Febry : Para Pemuda Jangan Mudah Percaya Dengan Berita Hoax di Medsos

“Untuk krudung kain merah itu untuk melebur, ngeseng dan memunahkan penyakit, untuk kain putih kegunaan mencabut dan membersihkan atau menyucikan jasmani, jadinya kain merah untuk keseimbangan jasmani dan kain putih untuk keseimbangan rohani. Biasanya kain putih itu untuk ngewinten sastra kedyatmikan kekuatan Dasa Aksara sedangkan kain merah untuk kekuatan Kanda Empat,” tutup Jro Nabe. (Sub)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *